Tinjauan Psi.Sosial : Rasisme Sepakbola

22 06 2011

Latar Belakang

Sebagai seorang individu, kita terlahir sebagai manusia dengan ciri-ciri fisik, seperti warna kulit hitam, hidung pesek dan rambut keriting haruslah diakui semata-mata merupakan takdir Tuhan. Artinya, bentuk fisik dan warna kulit manusia adalah hak prerogatif Tuhan yang tak bisa ditolak. Justru dengan adanya keanekaragaman dan perbedaan warna kulit itu harus dipahami sebagai kemajemukan ras, bukan menunjukkan satu superioritas. Sebab semua manusia diciptakan Tuhan setara dan dianugrahi hak-hak individu yang berasal dari alam dan akal.

Akan tetapi, celah perbedaan dan keanekaragaman itu, ternyata ditafsirkan secara salah oleh beberapa pihak tertentu. Sebagai contoh sederhana, dalam sejarah yang lalu muncul “klaim” terhadap manusia yang berkulit hitam dengan” cap” sebagai manusia yang bodoh, kurang beradab dan terbalakang. Sejarah akan pembantaian serta pembunuhan secara kejam oleh tentara Nazi Jerman terhadap orang Yahudi, juga sejarah kelam orang kulit hitam di bawah rezim rasis di Amerika Selatan pada era Jim Crow dan di Afrika Selatan era rezim Apartheid setidaknya menjadi bukti akan sejarah gelap dari rasisme.

Apa itu Rasisme??

Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur yang lainnya

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, ada dua pengertian akan rasisme yaitu :  Prasangka berdasarkan keturunan bangsa ; perlakuan yang berat sebelah  terhadap (suku) bangsa yang berbeda-beda dan Paham bahwa ras diri sendiri adalah ras yang paling unggul. Mungkin kita lebih sering mengartikan rasisme dengan pengertian pada point ke-2. Tapi apabila kita lebih mencermati pengertian pertama, cara pandang kita terhadap rasisme akan lebih terbuka. Rasisme tidak hanya sekedar paham tapi juga perlakuan berat sebelah terhadap ras yang berbeda-beda.

Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu – bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras lainnya yang lebih dianggap lemah daripada ras tersebut. (http://id.wikipedia.org/wiki/Rasisme)

Beberapa penulis menggunakan istilah rasisme untuk merujuk pada preferensi terhadap kelompok etnis tertentu sendiri (etnosentrisme), ketakutan terhadap orang asing (xenofobia), penolakan terhadap hubungan antar ras (miscegenation), dan generalisasi terhadap suatu kelompok orang tertentu (stereotipe).

Salah satu bentuk rasisme yang terkecil dapat dicontohkan pada sikap diskriminasi. Diskriminasi itu sendiri merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.

Tinjauan Teori Psikologi Sosial

Teori Identitas Sosial ( Sheldon Styker )

Teori identitas sosial memusatkan perhatiannya pada hubungan saling mempengaruhi di antara individu dengan struktur sosial yang lebih besar (masyarakat). Individu dan masyarakat dipandang sebagai dua sisi dari mata uang. Identitas sosial merupakan keseluruhan aspek konsep diri seseorang yang berasal dari kelompok sosial mereka atau kategori keanggotaan bersama secara emosional dan hasil evaluasi yang bermakna. Artinya, seseorang memiliki kelekatan emosional terhadap kelompok sosialnya. Kelekatan itu sendiri muncul setelah menyadari keberadaannya sebagai anggota suatu kelompok tertentu.

Orang memakai identitas sosialnya sebagai sumber dari kebanggaan diri dan harga diri. Semakin positif kelompok dinilai maka semakin kuat identitas kelompok yang dimiliki dan akan memperkuat harga diri. Sebaliknya jika kelompok yang dimiliki dinilai memiliki prestise yang rendah maka hal itu juga akan menimbulkan identifikasi yang rendah terhadap kelompok. Dan apabila terjadi sesuatu yang mengancam harga diri maka kelekatan terhadap kelompok akan meningkat dan perasaan tidak suka terhadap kelompok lain juga meningkat.

Demikan pula akhirnya prasangka diperkuat. Sebagai upaya meningkatkan harga diri, seseorang akan selalu berusaha untuk memperoleh identitas sosial yang positif. Upaya meningkatkan identitas sosial yang positif itu diantaranya dengan membesar-besarkan kualitas kelompok sendiri sementara kelompok lain dianggap kelompok yang inferior. Secara alamiah memang selalu terjadi ingroup bias yakni kecenderungan untuk menganggap kelompok lain lebih memiliki sifat-sifat negatif atau kurang baik dibandingkan kelompok sendiri.

Tidak setiap orang memiliki derajat identifikasi yang sama terhadap kelompok. Ada yang kuat identifikasinya dan ada pula yang kurang kuat. Orang dengan identifikasi sosial yang kuat terhadap kelompok cenderung untuk lebih berprasangka daripada orang yang identifikasinya terhadap kelompok rendah. Secara umum derajat identifikasi seseorang terhadap kelompok dibedakan menjadi dua yakni high identifiers dan low identifiers. High identifiers mengidentifikasikan diri sangat kuat, bangga, dan rela berkorban demi kelompok. Hal ini misalnya ditunjukkan dengan melindungi dan membela kelompok kala mendapatkan image yang buruk. Dalam situasi yang mengancam kelompok, orang dengan high identifiers akan menyusun strategi kolektif untuk menghadapi ancaman tersebut. Sebaliknya Low identifiers kurang kuat mengidentifikasikan ke dalam kelompok. Orang dengan identifikasi rendah terhadap kelompok ini akan membiarkan kelompok terpecah-pecah dan melepaskan diri mereka dari kelompok ketika berada dibawah ancaman. Mereka juga merasa bahwa anggota-anggota kelompok kurang homogen.

Teori Kategorisasi Sosial

Dunia merupakan kekomplekan yang tiada batas. Melalui kategorisasi kita membuatnya menjadi sederhana dan bisa kita mengerti. Melalui kategorisasi kita membedakan diri kita dengan orang lain, keluarga kita dengan keluarga lain, kelompok kita dengan kelompok lain, etnik kita dengan etnik lain. Pembedaan kategori ini bisa berdasarkan persamaan atau perbedaan. Misalnya persamaan tempat tinggal, garis keturunan, warna kulit, pekerjaan, kekayaan yang relatif sama dan sebagainya akan dikategorikan dalam kelompok yang sama. Sedangkan perbedaan dalam warna kulit, usia, jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, tingkat pendidikan dan lainnya maka dikategorikan dalam kelompok yang berbeda.

Mereka yang memiliki kesamaan dengan diri kita akan dinilai satu kelompok dengan kita atau ingroup. Sedangkan mereka yang berbeda dengan kita akan dikategorikan sebagai outgroup. Seseorang pada saat yang sama bisa dikategorikan dalam ingroup ataupun outgroup sekaligus. Misalnya Sandi adalah tetangga kita, jadi sama-sama sebagai anggota kelompok pertetanggaan lingkungan RT. Pada saat yang sama ia merupakan lawan kita karena ia bekerja pada perusahaan saingan kita. Jadi, Sandi termasuk satu kelompok dengan kita (ingroup) sekaligus bukan sekelompok dengan kita (outgroup).

Kategorisasi memiliki dua efek fundamental yakni melebih-lebihkan perbedaan antar kelompok dan meningkatkan kesamaan kelompok sendiri. Perbedaan antar kelompok yang ada cenderung dibesar-besarkan dan itu yang sering di ekspos sementara kesamaan yang ada cenderung untuk diabaikan. Disisi lain kesamaan yang dimiliki oleh kelompok cenderung sangat dilebih-lebihkan dan itu pula yang selalu diungkapkan. Sementara itu perbedaan yang ada cenderung diabaikan. Sebagai contoh perbedaan antara etnik jawa dan etnik batak akan cenderung di lebih-lebihkan, misalnya dalam bertutur kata dimana etnis jawa lembut dan etnis Batak kasar. Lalu, orang-orang seetnis cenderung untuk merasa sangat identik satu sama lain padahal sebenarnya diantara mereka relatif cukup berbeda.

Ukuran kelompok adalah faktor penting dalam menilai apakah diantara anggota-anggotanya relatif sama ataukah plural. Kelompok minoritas menilai dirinya lebih similar dalam kelompok, sementara kelompok mayoritas menilai dirinya kurang similar. Anggota kelompok minoritas juga mengidentifikasikan diri lebih kuat ke dalam kelompok ketimbang anggota kelompok yang lebih besar.

Kelompok yang minoritas juga menilai dirinya lebih berada didalam ancaman dibanding kelompok yang lebih besar. Keadaan ini menyebabkan kelompok minoritas tidak mudah percaya, sangat berhati-hati dan lebih mudah berprasangka terhadap kelompok mayoritas. Kecemasan berlebih itu tidak kondusif dalam harmonisasi hubungan sosial. Karena sebagaimana yang dikatakan oleh Islam dan Hewstone (1993) hubungan yang cenderung meningkatkan kecemasan akan mengurangi sikap yang baik terhadap kelompok lain.

Pengkategorian cenderung mengkontraskan antara dua pihak yang berbeda. Jika yang satu dinilai baik maka kelompok lain cenderung dinilai buruk. Kelompok sendiri biasanya akan dinilai baik, superior, dan layak dibanggakan untuk meningkatkan harga diri. Sementara itu disaat yang sama, kelompok lain cenderung dianggap buruk, inferior, dan memalukan. Keadaan ini bisa menimbulkan konflik karena masing-masing kelompok merasa paling baik. Keadaan konflik ini baik terbuka ataupun tidak melahirkan prasangka.

Oakes, Haslam & Turner (1994) menyatakan bahwa kategorisasi sosial juga akan melahirkan diskriminasi antar kelompok jika memenuhi kondisi berikut : Derajat subjek mengidentifikasi dengan kelompoknya. Semakin tinggi derajat identifikasi terhadap kelompok semakin tinggi kemungkinan melakukan diskriminasi. Menonjol tidaknya kelompok lain yang relevan. Bila kelompok yang relevan cukup menonjol maka kecenderungan untuk terjadi diskriminasi juga besar. Derajat dimana kelompok dibandingkan pada dimensi-dimensi itu (kesamaan, kedekatan, perbedaan yang ambigu). Semakin sama, semakin dekat, dan semakin ambigu yang dibandingkan maka kemungkinan diskriminasi akan mengecil.

Penting dan relevankah membandingkan dimensi-dimensi dengan identitas kelompok. Semakin penting dan relevan dimensi yang dibandingkan dengan identitas kelompok maka kemungkinan diskriminasi juga semakin besar. Status relatif ingroup dan karakter perbedaan status antar kelompok yang dirasakan. Semakin besar perbedaan yang dirasakan maka diskriminasi juga semakin mungkin terjadi.

Teori Belajar Sosial dan Tiruan Miller & Dollard

Menurut teori ini prasangka dapat diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses sosialisasi. Apabila suatu keluarga memiliki prasangka yang tinggi terhadap kelompok lain, maka itulah yang cenderung ditanamkan pada anak-anak dalam keluarga itu melalui idiom-idiom bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Apalagi, stereotip dan juga prasangka dapat diwariskan dari generasi ke generasi melalui bahasa tanpa pernah ada kontak dengan tujuan/objek stereotip dan prasangka (Brisslin, 1993). Keadaan ini membuat kecenderungan kuat bahwa orangtua yang berprasangka akan melahirkan anak-anak berprasangka.

Anak-anak belajar melalui identifikasi atau imitasi, atau melalui pembiasaan. Apa yang dilakukan orangtua, anggota keluarga lain dan semua yang dilihat anak-anak akan ditiru. Misalnya bila orang tua sering mengata-ngatai tetangganya yang beretnis batak dengan kata-kata “dasar batak”, maka sang anak juga akan meniru dan mengembangkan perasaan tidak suka terhadap etnik batak secara keseluruhan.

Ada bukti bahwa anak pada usia 3 tahun sudah sadar akan kategorisasi sosial utama yakni gender dan etnik. Anak-anak sudah mengenal kategori-kategori dan bersikap serta bertindak berdasarkan kategori-kategori itu (Brown, 1995). Pengkategorian itu mendasarkan pada berbagai informasi yang telah diterima anak-anak dari keluarganya. Informasi yang penuh dengan stereotip negatif dan berprasangka akan membuat anak-anak bertindak sesuai dengan stereotip dan prasangka yang dimiliki terhadap kelompok lain.

Media massa juga merupakan alat dalam belajar sosial yang penting. Banyak pengetahuan mengenai kelompok lain diperoleh melalui berita-berita di media massa. Akibatnya opini yang terbentuk mengenai kelompok lain tegantung pada isi pemberitaan media massa. Misalnya bila kelompok tertentu dalam berita diposisikan sebagai ekstremis, suka kekerasan, dan teroris maka prasangka terhadap kelompok itu di masyarakat akan menguat.

Kesimpulan

Rasisme seringkali menjadi pemicu adanya konflik baik antar individu maupun antar kelompok etnis, ras, atau suku tertentu. Prasangka terjadi akibat adanya penilaian atau justifikasi yang negatif terhadap individu atau kelompok yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor internal (individu) maupun faktor eksternal (kelompok).

Salah satu teori yang dapat menjelaskan tentang prasangka dan raadalah teori identitas sosial. Dimana manusia selalu melakukan kategorisasi, identifikasi dan perbandingan sehingga hal tersebut akan membagi dunia individu menjadi dua kategori yang berbeda, yaitu orang lain yang satu kelompok dengannya (ingroup) dan orang lain yang berbeda kelompok dengannya (outgroup). Anggota outgroup diasumsikan memiliki trait atau sifat yang kurang menyenangkan, dipersepsikan semuanya memiliki kesamaan dan sering tidak disukai dibandingkan anggota ingroup.

Solusi

Salah satu cara untuk mengurangi adanya konflik akibat prasangka yang menimbulkan rasisme dapat dengan cara melakukan asimilasi, terutama asimilasi dalam komunitas. Artinya, dalam komunitas tersebut terdiri dari berbagai orang-orang yang “berbeda”, baik perbedaan suku, warna kulit, ataupun lainnya. Selain itu, di dalam komunitas tersebut harus ditumbuhkan rasa saling menghormati dan menghargai antara satu individu dengan individu lain, meskipun terdapat berbagai perbedaan yang mencolok.

Pada tingkat individu dapat dengan cara meningkatkan tingkat pendidikan sehingga dapat meningkatkan pemahaman diri sendiri terhadap realitas sosial yang terjadi. Individu yang berpendidikan rendah akan mudah dihasut dan termakan oleh informasi yang belum jelas kebenarannya. Selain itu, pemahaman akan adanya perbedaan pada tiap individu juga perlu ditingkatkan agar kita tidak terlalu mudah untuk menggeneralisasikan tentang sikap suatu etnis tertentu.



Actions

Information

2 responses

23 06 2011
igasbujang

wah buku berjalan nih…

24 06 2011
blacksideofme

hehehe…
bukan buku berjalan tapi sekedar share ilmu aja…
:p

Leave a comment